Wednesday, May 8, 2013

Portraying Super Villain




     Banyak dari kita penggemar komik yang amat antusias ketika kisah superhero diangkat ke layar lebar, dan beberapa dari segudang film yang berasal dari cerita komik berakhir dengan kepuasan para penggemar atau malah sebaliknya. Hal ini tentu sudah pasti karena hanya ada dua pilihan bagi film yaitu bagus atau tidak. Saya tidak akan membahas soal film super hero secara luas namun hanya terbatas pada film yang diangkat dari komik. Mari kita lihat, ada 2 raja perkomikan barat, yaitu DC (Superman, Batman, Green Lantern, Cat Woman, dll) dan Marvel (Iron Man, Avengers, Thor, Captain America, dll) mereka saling bersaing mendapatkan perhatian pembaca dengan membuat karakter pahlawan super sebaik mungkin. Namun mari kita lihat kenyataan bahwa esensi dalam sebuah komik pahlawan super tidak hanya fokus pada sang pahlawan, namun juga si penjahat. Kedua hal tersebut saling membutuhkan, pahlawan tidak akan ada jika tidak ada penjahat, begitu sebaliknya. Saya akan menyampaikan opini pribadi tentang 2 karakter super villain yang sejauh ini begitu baik dimainkan oleh para aktor dalam layar lebar, saking hebatnya banyak dari kita justru bersimpati kepada si penjahat dibanding si pahlawan.



     Menduduki peringkat pertama sebagai karakter super villain yang amat baik dimainkan di layar lebar adalah karakter The Joker dalam film The Dark Night (2008) yang dimainkan oleh Heath Ledger . The Joker pernah muncul sebelumnya dalam film Batman tahun 1989 yang dimainkan oleh Jack Nicholson. Bukannya buruk, Jack Nicholson memang cukup baik memerankan Joker namun dalam layar lebar, kesetiaan karakter Joker seketika berubah. Joker yang ada di komik mempunyai sisi gangguan psikologis yang menyeramkan, namun dalam Batman, Joker hampir sepenuhnya terasa komikal seperti badut sirkus yang gemar bersenang-senang tanpa ada rasa gangguan psikologis yang terlihat. Di tangan Heath Ledger, The Joker dalam The Dark Night menjadi sosok yang amat nyata dan gila. Sisi gangguan psikologis nya amat terlihat hingga seperti penjahat psikopat dan inilah yang membuat karakter The Joker menjadi pusat perhatian dibandingkan si karakter utama yaitu Batman sendiri. Kerja keras Heath Ledger membuahkan hasil hingga membawanya pada penghargaan Academy Award dan menciptakan gelombang fans baru bagi karakter The Joker.



     Peringkat kedua sebagai karakter super villain yang dimainkan amat baik di layar lebar adalah karakter Loki dalam film Thor (2011) dan muncul kembali dalam The Avengers (2012) yang diperankan oleh Tom Hiddleston. Karakter Loki diambil dari dewa dalam mitologi Nordik, dimana ia adalah dewa sihir dan dewa yang paling jahil. Dalam komik, Loki tidak hanya pintar dalam sihir, namun ia juga cerdik, licik, dan tukang buat ulah, dibalik semua itu ia mempunyai sisi melankolis yang dimulai dari saat ia mengetahui bahwa ia anak asuh. Cukup simple sih sebenarnya, namun dalam film Thor, Tom Hiddleston membawa sisi gelap Loki lebih jauh lagi. Rasa iri dan sakit hati Loki kepada Thor begitu terasa sehingga dibalik sisi keagungan dewa penguasa sihir ia terlihat manusiawi dan amat nyata. Dalam film Avengers, kecerdikan dan kepintarannya dalam menyusun strategi membuatnya sulit ditebak hingga mampu membuat pusing lima pahlawan super Marvel sekaligus. Hasil kerja Tom Hiddleston dalam mengambarkan Loki membuat puas para penonton. Hal ini terlihat dari banyak penggemar komik maupun yang tidak mulai melirik Loki. Dalam Thor, Loki cukup menarik perhatian, namun dalam Avengers penggambaran Loki begitu memuaskan hingga mampu mencuri perhatian. Hal ini tidak mudah dikarenakan dalam Avengers, Tom Hiddleston harus bersaing dengan aktor kelas atas seperti Robert Downey Jr, Chris Evans, Mark Ruffalo, dan lainnya. Kerja keras Tom ternyata membuahkan hasil, tidak hanya penggemar komik, para wanita-wanita pun mulai berbondong-bondong melirik Tom Hiddleston.
     Jadi kesimpulannya adalah, dalam membawa karakter super villain, tidak cukup melihat sisi jahat dari sang tokoh, namun perlu juga mengembangkan sisi manusiawi sehingga membuat karakter tersebut mudah dicerna dan lebih realistis. Hal ini tentu dikarenakan media komik dan film merupakan media berbeda. Dalam komik, apapun bisa terjadi, namun dalalam film, jamgkauan penonton akan lebih luas sehingga perlu dibuat karakter yang membumi dan manusiawi. Tetapi tetap setia pada karakteristik yang ada dalam komik.