Banyak
dari kita penggemar komik yang amat antusias ketika kisah superhero
diangkat ke layar lebar, dan beberapa dari segudang film yang berasal
dari cerita komik berakhir dengan kepuasan para penggemar atau malah
sebaliknya. Hal ini tentu sudah pasti karena hanya ada dua pilihan
bagi film yaitu bagus atau tidak. Saya tidak akan membahas soal film
super hero secara luas namun hanya terbatas pada film yang diangkat
dari komik. Mari kita lihat, ada 2 raja perkomikan barat, yaitu DC
(Superman, Batman, Green Lantern, Cat Woman, dll) dan Marvel (Iron
Man, Avengers, Thor, Captain America, dll) mereka saling bersaing
mendapatkan perhatian pembaca dengan membuat karakter pahlawan super
sebaik mungkin. Namun mari kita lihat kenyataan bahwa esensi dalam
sebuah komik pahlawan super tidak hanya fokus pada sang pahlawan,
namun juga si penjahat. Kedua hal tersebut saling membutuhkan,
pahlawan tidak akan ada jika tidak ada penjahat, begitu sebaliknya.
Saya akan menyampaikan opini pribadi tentang 2 karakter super villain
yang sejauh ini begitu baik dimainkan oleh para aktor dalam layar
lebar, saking hebatnya banyak dari kita justru bersimpati kepada si
penjahat dibanding si pahlawan.
Menduduki
peringkat pertama sebagai karakter super villain yang amat baik
dimainkan di layar lebar adalah karakter The Joker dalam film The
Dark Night (2008) yang dimainkan oleh Heath
Ledger . The Joker pernah muncul sebelumnya dalam film
Batman tahun 1989 yang dimainkan oleh Jack
Nicholson. Bukannya buruk, Jack Nicholson memang cukup baik
memerankan Joker namun dalam layar lebar, kesetiaan karakter Joker
seketika berubah. Joker yang ada di komik mempunyai sisi gangguan
psikologis yang menyeramkan, namun dalam Batman, Joker hampir
sepenuhnya terasa komikal seperti badut sirkus yang gemar
bersenang-senang tanpa ada rasa gangguan psikologis yang terlihat. Di
tangan Heath Ledger, The Joker dalam The Dark Night menjadi sosok
yang amat nyata dan gila. Sisi gangguan psikologis nya amat terlihat
hingga seperti penjahat psikopat dan inilah yang membuat karakter The
Joker menjadi pusat perhatian dibandingkan si karakter utama yaitu
Batman sendiri. Kerja keras Heath Ledger membuahkan hasil hingga
membawanya pada penghargaan Academy Award dan menciptakan gelombang
fans baru bagi karakter The Joker.
Peringkat
kedua sebagai karakter super villain yang dimainkan amat baik di
layar lebar adalah karakter Loki dalam film Thor (2011) dan muncul
kembali dalam The Avengers (2012) yang diperankan oleh Tom
Hiddleston. Karakter Loki diambil dari dewa dalam mitologi Nordik,
dimana ia adalah dewa sihir dan dewa yang paling jahil. Dalam komik,
Loki tidak hanya pintar dalam sihir, namun ia juga cerdik, licik, dan
tukang buat ulah, dibalik semua itu ia mempunyai sisi melankolis yang
dimulai dari saat ia mengetahui bahwa ia anak asuh. Cukup simple sih
sebenarnya, namun dalam film Thor, Tom Hiddleston membawa sisi gelap
Loki lebih jauh lagi. Rasa iri dan sakit hati Loki kepada Thor begitu
terasa sehingga dibalik sisi keagungan dewa penguasa sihir ia
terlihat manusiawi dan amat nyata. Dalam film Avengers, kecerdikan
dan kepintarannya dalam menyusun strategi membuatnya sulit ditebak
hingga mampu membuat pusing lima pahlawan super Marvel sekaligus.
Hasil kerja Tom Hiddleston dalam mengambarkan Loki membuat puas para
penonton. Hal ini terlihat dari banyak penggemar komik maupun yang
tidak mulai melirik Loki. Dalam Thor, Loki cukup menarik perhatian,
namun dalam Avengers penggambaran Loki begitu memuaskan hingga mampu
mencuri perhatian. Hal ini tidak mudah dikarenakan dalam Avengers,
Tom Hiddleston harus bersaing dengan aktor kelas atas seperti Robert
Downey Jr, Chris Evans, Mark Ruffalo, dan lainnya. Kerja keras Tom
ternyata membuahkan hasil, tidak hanya penggemar komik, para
wanita-wanita pun mulai berbondong-bondong melirik Tom Hiddleston.
Jadi
kesimpulannya adalah, dalam membawa karakter super villain, tidak
cukup melihat sisi jahat dari sang tokoh, namun perlu juga
mengembangkan sisi manusiawi sehingga membuat karakter tersebut mudah
dicerna dan lebih realistis. Hal ini tentu dikarenakan media komik
dan film merupakan media berbeda. Dalam komik, apapun bisa terjadi,
namun dalalam film, jamgkauan penonton akan lebih luas sehingga perlu
dibuat karakter yang membumi dan manusiawi. Tetapi tetap setia pada
karakteristik yang ada dalam komik.