Tuesday, January 13, 2015

Evolution in Film

     Selama beberapa tahun belakangan ini, kita banyak melihat film-film yang mengedepankan topik-topik sosial, politik, ilmu pengetahuan, hak asasi manusia, psikologi perkembangan, dan sexualitas. Topik-topik tersebut yang tidak banyak dibicarakan masyarakat pada umumnya justru diangkat secara jelas dalam layar lebar dan televisi. Pembicaraan tentang transgender, homoseksual, persaingan politik, ras, kenakalan remaja, disabilitas, teori ilmu pengetahuan, bahkan penyakit yang tidak diketahui masyarakat umum di beberkan secara jelas melalui film dan televisi.
      Film-film seperti "Boys Don't Cry", "MILK", dan serial televisi seperti "Masters of Sex", dan "Transparent" mengangkat topik seksualitas. "Boys Don't Cry" mengangkat permasalahan transgender dalam dunia remaja begitu juga "Transparent" yang mengangkat topik sama namun dari sisi orang tua yang merupakan seorang transgender. Sedangkan dalam film "MILK" mengangkat tentang homoseksual yang memperjuangkan kesetaraan hak sebagai warga negara di masa-masa hal tersebut tabu untuk dibicarakan, ini juga masuk kedalam kategori politik. Serial televisi "Masters of Sex" mengangkat topik seksualitas secara general, bagaimana tubuh manusia merespon rangsangan-rangsangan fisik dan bagaimana sex dilihat sebagai bentuk fenomena tubuh manusia, hal ini mengelompokkan seksualitas sebagai topik yang sebelumnya tabu untuk dibicarakan menjadi pembahasan ilmu pengetahuan.
       Selain seksualitas, topik yang dahulu tabu untuk dibicarakan seperti politik mulai diangkat dalam serial televisi "House of Cards", serta film yang menuai kontroversi yakni "The Interview". Topik ras kulit hitam sudah banyak diangkat dalam berbagai film belakangan ini seperti "The Butler","12 Years of Slave","The Help", dan film terbaru yang menjadi topik perbincangan yakni "Selma". Selain itu, topik ilmu pengetahuan seperti teori tentang waktu, relativitas, dan penyakit dibahas dalam film "The Theory of Everything". Topik kenalakan remaja dan psikologi perkembangan dibahas sepenuhnya lewat film yang merekam jejak perkembangan seorang anak selama 12 tahun dalam "Boyhood".


Ada apa dengan film-film di atas? apakah ini menunjukkan bahwa film tidak lagi berfungsi sebagai hiburan semata?
     Keberadaan dan apresiasi yang tinggi terhadap film-film yang mengangkat topik-topik tingkat tinggi tersebut menandakan bahwa film sudah mengalami evolusi. Film saat ini tidak hanya dituntut untuk menghibur, namun juga mengedukasi, serta berani mengutarakan pendapat melalui cerita dan seni peran. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat sangat didukung penuh oleh banyak orang. Hiburan saat ini sudah tidak lagi mementingkan "haha-hihi" namun evolusi dalam dunia hiburan juga merupakan kepuasan dalam mengetahui hal-hal yang tabu untuk dibicarakan. Masyarakat haus akan hiburan yang menyentuh, berani, serta meningkatkan semangat keadilan dan kemanusiaan. Evolusi ini juga tidak terjadi dengan sendirinya, tidak ada asap kalau tidak ada api. Pemicu evolusi ini salah satunya adalah manusia yang telah berkembang menjadi sosok yang kritis terhadap lingkungan sekitar. Permasalahan yang ada dalam lingkungan membuat manusia berpikir dan menuntut tatanan hidup lebih baik. Cara berpikir inilah yang mendorong masyarakat haus akan film-film tersebut dan ini merupakan bentuk baru dalam seni perfilman.



Wednesday, January 7, 2015

Recipe for Good Romantic Comedy Movie : Two Night Stand

Kemarin saya baru selesai menonton film "Two Night Stand" yang keluar pada awal tahun 2015. Film romantic comedy ini diperankan oleh Analeigh Tipton (mantan juara 3 America Next Top Model 2012, bermain di Warm Bodies, Crazy Stupid Love) dan Miles Teller (Rabbit Hole, Whiplash, Spectacullar Now, Divergent) mengisahkan tentang dua orang yang baru saja gagal dalam menjalankan hubungan percintaan dipertemukan lewat online dating yang sama-sama ingin melakukan one night stand, kedua orang ini yang sama sekali tidak saling mengenal akhirnya jatuh cinta dikarenakan campur tangan bencana alam yang terpaksa mengurung mereka berdua di dalam apartemen Alec (Miles Teller) keesokan harinya setelah mereka melakukan one night stand.

Apa yang menarik di film ini adalah ketertarikan natural yang ditunjukkan oleh kedua pasangan ini, Megan (Analeigh) yang sangat sensitif namun memiliki sisi agresif dan Alec (Miles) yang santai namun di sisi lain sangat hati-hati menghadapi Megan.

Megan yang menemukan Alec dalam situs online dating hanya menginginkan pelampiasan rasa patah hatinya begitu juga Alec yang pada awalnya hanya ingin membalas kekasihnya yang akan memutuskannya. Namun komunikasi dan kebersamaan yang mereka jalani membuat hal tersebut berbuah manis.

Ini adalah situasi normal dalam film romantic comedi, dimana dua orang asing dipertemukan dalam satu situasi dimana mereka sedang berada dalam sisi terburuk hidup mereka, karena kesamaan nasib dan kebersamaan inilah tumbuh rasa cinta dan sayang diantara mereka. Ini adalah hal biasa dan dapat terjadi kepada siapapun di dunia nyata. Inilah salah satu resep yang menjadikan film romantic comedy menyenangkan untuk ditonton. Namun setiap film yang menyandang alur cerita yang sama tidak serta merta melupakan sisi unik dalam setiap film agar mereka dapat berdiri sendiri tanpa harus dibanding-bandingkan. Seperti film di atas yang mengambil tema yang sama, namun mengedepankan sisi one night stand.

Sesuai dengan namanya, one night stand memang hanya berlangsung atau dilakukan sekali saja tanpa adanya rasa ketertarikan emosional. One night stand bertujuan untuk memuaskan nafsu fisik, tidak ada hal lain setelah itu. Namun bagaimana jika hal tersebut menjadi pintu yang membuka jalan menuju hal-hal diluar fisik? disinilah letak keunikan film ini.

Romantic comedy memiliki beberapa aspek utama yang tidak boleh lepas, chemistry antara kedua tokoh utama, cerita yang umum namun unik, dialog yang aktif, dan karakter yang tidak dibuat-buat namun tetap menghibur, terakhir adalah dapat menghidupkan sisi romantisme dalam menjalankan hubungan percintaan.Film romantic comedy harus dapat menjelaskan bagaimana cinta itu tidak mengekang, berat, dan serius, melainkan sederhana, santai, lucu dan menyenangkan.