Tidak banyak film yang mempengaruhi saya secara emosional.
Salah satunya adalah film “The Collateral Beauty”. Film yang rilis di bulan
desember 2016 ini dibintangi oleh Will Smith, Edward Norton, Kate Winslet,
Michael Pena, Helen Mirren, Keira Knightley, Naomie Harris, dan Jacob Latimore.
The Collateral Beauty mengisahkan tentang seorang pengusaha sukses bernama
Howard (Will Smith) yang memutuskan untuk mengunci diri dari kehidupan setelah
anaknya yang masih kecil meninggal akibat penyakit langka. Ia menceraikan
istrinya, meninggalkan pekerjaannya, dan menolak untuk bersosialisasi dengan
siapapun selama bertahun-tahun. Tiga orang sahabatnya yang bekerja di
perusahaan yang ia bangun memutuskan untuk menyewa detektif dan mencari tahu
apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Howard menuliskan surat kepada
Cinta,Waktu, dan Kematian, sebagai bentuk kekesalannya. Tanpa diduga, Cinta,
Waktu, dan Kematian menemuinya dan memberikan respon atas kekesalannya.
Saya tidak akan membahas teknis film ini, tapi lebih ke
pesan moral yang coba ditawarkan film ini kepada kita. Mengapa? karena dalam
film ini proses pengambilan gambar menggunakan teknik yang biasa, tidak ada
efek CGI berlebihan. Selain itu genre film ini adalah drama, jadi teknik
produksi tidak terlalu rumit. Lain dengan film action, fantasy, dan lainnya
yang memang mengandalkan teknik pengambilan gambar.
Film ini mempengaruhi saya secara emosional, terdapat
beberapa pertanyaan yang muncul di kepala saya setelah saya menonton film ini.
Agak spoiler sedikit (kalau ada yang belum nonton filmnya dan tidak suka akan
spoiler ya coba nonton dulu film nya setelah itu baru balik lagi ke sini ya
^^), dalam film untuk menyelamatkan perusahaan yang sudah susah payah dibangun
oleh Howard, tiga sahabatnya membayar 3 orang aktor dan aktris untuk memerankan
cinta,waktu, dan kematian, berharap dengan adanya konfrontasi langsung dari
subjek kekesalan dalam suratnya, Howard akan bisa bangkit lagi. Pertanyaan yang
muncul dalam kepala saya adalah, bagaimana jika semua kode alam yang
ditunjukkan kepada kita bukanlah benar-benar dari alam, namun hanya rekayasa
manusia?
Karena itulah yang coba dilakukan oleh sahabatnya, menyewa
aktor untuk memerankan “kode alam”. Ketika saya mulai skeptic , muncul lagi
pertanyaan, bagaimana kalau sebenarnya alam yang mengirim pesan kepada sahabat
Howard dan “menyuruhnya” untuk melakukan hal tersebut demi menyelamatkan hidup
sahabatnya? Ada pepatah yang mengatakan bahwa “God saves those who wants to be
saved.” (Tuhan menyelamatkan mereka yang ingin diselamatkan). Howard tidak
ingin diselamatkan, dengan begitu ia semakin tenggelam dalam duka dan tersesat
dalam kesedihan, namun sahabatnya fokus untuk mencari cara menyelamatkanya, dan
di saat mereka depresi, muncul lah ide tersebut. Dengan kata lain, Howard tidak
mau menyelamatkan dirinya sendiri sehingga alam tidak dapat menyelamatkannya,
sedangkan sahabatnya ingin menyelamatkanya sehingga alam pun merespon dengan
“membisikkan” ide tersebut.
Hal selanjutnya akan saya pecah ke dalam analisis karakter
dan bagaimana kita bisa mengambil pesan yang coba mereka ungkapkan.
1. Whit dan Aimee (Love)
Whit (Sahabat Howard), memiliki permasalahan tentang cinta.
Ia diceraikan istrinya karena berselingkuh, dan anaknya membencinya karena hal
itu. Whit tidak bisa memperbaiki hubungannya dengan anaknya, apa lagi istrinya
yang sudah menikah lagi dengan pria yang lebih sukses dan kaya dari dirinya.
Mengapa ia dipasangkan dengan Aimee (aktris yang memerankan sosok Cinta)?
Selain dari topik permasalahan pribadi nya yang fokus akan topik “Cinta”,
secara teknis pengambilan gambar, di awal film Howard memberikan pidato kepada
semua karyawan nya “We long for love, we wish we had more time, and we fear
death.” (Kita merindukan cinta, kita berharap memiliki lebih banyak
waktu, dan
kita takut akan kematian). Saat Howard menyatakan topik tentang “Cinta” kamera
fokus kearah Whit. Whit selalu menyebutkan Love, Time, Death, menyebutkan Love
lebih dulu. Berbeda dengan sahabatnya yang lain. Disinilah mengapa Whit
dipasangkan dengan Aimee. Karakter yang dimainkan oleh Keira Knightley bernama
lengkap Aimee Moore, “Aimee” berarti “Cinta” dalam bahasa Perancis, jadi Aimee
Moore bisa berarti Love More (Lebih Mencintai). Aimee juga mempunyai karakter
lebih emosional dibanding yang lain. Permasalahan yang ada dalam diri Whit
yakni, Whit merindukan masa-masa dimana ia dicintai (oleh isterinya dan
anaknya), namun ia tidak mampu bertindak untuk mewujudkannya, ia butuh
motivasi, dan Aimee memberikannya. Aimee bersedia makan malam dengan Whit kalau
ia berhasil memperbaiki hubungannya dengan anaknya. Rasa ketertarikan nya
kepada Aimee memberikan motivasi pada Whit, dan akhirnya dapat memperbaiki
hubungannya.
2. Claire dan Raffi (Time)
Claire sedang berjuang dengan waktu. Ia ingin memiliki
seorang anak, namun umurnya sudah tidak memungkinkan. Keinginannya berlawanan
dengan waktu yang ia miliki. Inilah permasaahan utamanya. Ketika Howard
memberikan pidato di awal film, saat ia mengatakan “we wish we had more time”
kamera fokus ke arah Claire. Claire pun menyebutkan Time, Love, Death,
menyebutkan Time terlebih dahulu. Inilah yang di inginkan Claire. Raffi
memerankan “Time”, sosok anak muda yang terus bergerak, dan energik, layaknya
waktu yang terus berjalan. Raffi pun mengkonfrontasi Claire dengan mengatakan “Your
children don't have to come from you. They go through you. So, I wouldn't
consider the battle with time over just yet.” (Seorang anak tidak harus datang
dari diri mu sendiri. Mereka hadir melalui diri kita. Jadi saya rasa
pertarungan mu dengan waktu belum berakhir). Raffi berusaha mengatakan bahwa,
kehadiran seorang anak tidak harus datang dari diri kita secara biologis, kita
tidak harus memiliki kemampuan tersebut jika ingin memiliki anak. Anak datang
melalui diri kita, terlepas apapun metodenya. Jadi Claire masih memiliki waktu
untuk mempunyai anak, apapun caranya. Claire membutuhkan konfrontasi dari
Raffi, dimana Claire yang sudah berumur merasa tidak memiliki waktu lagi,
sedangkan Raffi yang masih remaja memiliki waktu yang panjang. Kontradiksi ini
lah yang membuat Claire merasa nyaman, ia merasa Raffi memberikan waktunya
untuk nya, melalui konfrontasi tersebut. Raffi (yang masih muda) merasa waktu
masih panjang, ia mengatakan bahwa (ketika memerankan Time) “I am a gift.” (Aku
adalah berkah). Raffi menyarankan agar jangan membuang-buang waktu, lakukan apa
yang engkau inginkan.
3. Simon dan Brigitte (Death)
Simon mengidap penyakit yang merusak paru-parunya, dan ia
sedang sekarat. Ketika Howard menyatakan dalam pidatonya “We fear death”,
kamera fokus ke arah Simon. Ketika simon berkata Death, Love, Time, ia
menyebutkan “Death” terlebih dahulu. Inilah yang ia takutkan. Ia berusaha
menyembunyikan penyakitnya. Simon takut menghadapi kematian karena ia takut
meninggalkan keluarganya tanpa apapun. Singkatnya, ia takut menghadapi
kematian. Brigitte (Helen Mirren) memainkan sosok “Death”. Brigitte,
digambarkan sebagai sosok yang santai, free spirit, dan selalu berpikir
positif. Brigitte, melambangkan bahwa, kematian atau Death janganlah dipandang
sebagai sesuatu yang menyedihkan, gelap, dan menakutkan. Kematian merupakan
bagian dari alam, dan pasti akan dialami oleh semua insan yang ada di dunia
ini, suka ataupun tidak suka. Brigitte mengatakan kepada Simon bahwa “You
should not fear death. Make peace with it. See it as what it is. Don’t try to
deny it.” (Kamu jangan takut akan kematian. Berdamailah dengannya. Lihat
sebagaimana adanya. Jangan berusaha untuk mengelaknya). Karena nasehat itu lah
Simon memberanikan diri untuk menghadapi apa yang akan ia temui. Ia berani
mengatakan keadaannya kepada istri dan keluarganya, juga teman-temannya. Akhirnya
ia bisa berdamai dengan kematian.
The Collateral Beauty merupakan film yang menawarkan kita
untuk membuka mata dan melihat keindahan dari segala hal yang menimpa kita,
baik ataupun buruk. “Collateral” berarti dampak beruntun dari suatu kejadian,
atau bisa disebut sebagai efek domino. Film ini berusaha mengatakan bahwa
apapun yang terjadi memiliki sisi positif, asalkan kita mau menyadarinya. “Make
sure you see the collateral beauty”.